Minggu, 28 November 2010




PENYUSUNAN ABSTRAK

A.Pengertian abstrak
Secara umum abstrak dapat diartikan sebagai versi dari sebuah karya ilmiah.menurut Houghton(1975)abstrak dapat difenisikan sebagai rangkuman informasi.
Berkaitan dengan penulisan abstrak untuk karta ilmiah sebuah abstak harus menyajikan rangkuman dari tiap bagian penting dalam karya ilmiah .abstrak karya ilmiah harus memaparkan (1)tujuan utama dan ruang lingkup penelitian (2)bahan dan metode yang digunakan (3)memberikan ringkasan hasil da (4)simpulan untuk hal – hal yang mendasar.
Bahwa abstrak hal yang penting,yaitu (1)latar belakang (2)tujuan (3)method (4)hasil dan (5)simpilan.
Mengingat abstark adalah ringkasan singkat dari sebuah tulisan maka panjangnya abstrak pada umumnya tidak melebihi dari 250 kata.informasi ataupun simpulan yang dituliskan penulisan abstark pada akhir sebuah penulisan karena abstark berisi informasi esensial yang telah dipaparkan dalam sebuah tulisan.

B.Jenis abstrak
Menurut Day (1993)abstak yang dikenal dalam penulisan karya setidanknya ada 2 jenis,yaitu abstrak informasi dan abstrak deskriptif .pada umumnya abstrak informasi dirancang untuk merangkum sebuah karya ilmiah yang harus memaparkan permasalahan,metode penelitian,data utama/hasil penelitian,data utama/hasil penelitian,dan simpulan.Abstrak informative sering kali mampu mengatikan kebutuhan pembaca untuk untuk membaca karya ilmiah secara utuh.
Dengan membaca absrtak informative,para ilmuan dapat memperluas wawasan mereka terhadap informasi tentang jenis – jenis penelitian yang telah dilakukan oleh para ilmuan lainnya.
Karakteristik seperti ini memang tepat bila abstrak jenis digunakan sebagai headingnya.
Jenis abstrak lainnya,yaitu abstrak yang dirancang untuk menunjukan subjek atau ringkasan dari sebuah karya ilmiah.Abstrak ini tidak dapat menggantikan karya ilmiah yang utuh,oleh karena itu abstrak jenis ini biasanya digunakan dalam publikasi berbentuk rivius materi,laporan seminar,dan lain – lain,dan biasanya berguna bagi pustakawan dalam memperluas koleksiannya.
Walaupun abstrak dapat bersifat informati,namun biasanya penulisa abstrak merupakan kombinasi dari keduanya.Dalam menilis abstrak,penulis memang sering kalidihadapkan dengan masalah “menyimbangkan”antara pemaparan,versus treperinci dan pemaparan informative versus deskritif.

C.Kegunaan abstrak
Abstrak sebuah karya ilmiah dapat diterbitkan bersamam – sama dengan naskah aslinya,tetapi dapat juga diterbitkan secara sendiri.Apabila abstrak diterbitkan bersama dengan naskah aslinya maka abstrak dapat berfungsi sebagai petunjuk dapat atau heading bagi pembaca.Dengan membaca abstrak ini,pembaca mengetahui tentang isi tulisan tersebut.
Kegunaan abstrak adalah dengan membaca abstrak,pembaca dapat mengetahui secara cepat perkembagan ilmu dalam bidang terentu yang ingin diketahui secara garis besar.

D.Penyusunan abstark karya ilmiah hasil penelitian
Seperti telah dijelaskan abstrak sebelumnya harus ditulis secara singkat,hasil penelitian menggunakan jenis abstrak informative yang memiliki struktur yang jelas.Seperti penelitian pada intinya terdiri dari 5 (lima)hasil yang penting yaitu,(1)latar belakang (2)tujuan (3)metode (4)hasil,dan (5)simpulan.
Dalam penyusunan abstrak,bagian pertama yang harus ditulis adalah latar belakang.latar belakang yang dituliskan disini adalah menuliskan beberapa informasi latar belakang yang penting yang mendasari pelaksanaan penelitian secara singkat,agar penulisan abstrak juga harus ditulis secara singkat,namun tidak mengurangi esensi tujuan penelitian dalam abstrak dapat pula dilengkapi dengan ruang lingkup penelitian yang telah dilakukan.abstrak adalah metode dan hasil penelitian dengat singkat dan jelas.
Penyusunan abstrak,hal ini yang perlu diperhatikan adalah penggunaan dan pemilikan kata – kata yang dapat,dalam penulisan abstrak menjadi sangat penting mengingat abstrak harus ditulis secara singkat.Apabila abstrak dapat dituliskan dengan lebih pendek,namun jenis maka tidak perlu diperpanjang.
Disamping penggunaan abstrak,abstrak juga tidak dperlukan bibliografi,gambar atautabel.Abstrak ditulis secara singkat jagan digunakan singkatan.Apabila singkatan digunakan berkali – kali dalam penulisan maka singkatan dapat digunakan setelah untuk pertama kalinya diberikan dalam versi lingkupnya.
Dalam penulisan abstrak,penulis mengalami abstrak yang ditulisnya masih terlalu panjang,menurut Welsberg dan Buker(1990)dalam proses penggunaan atau memperpendek abstrak pada dasarnya hanya dapat dengan mengurangi 2 atau 3 elemen abstrak pada hasil penelitian.Abstrak dapat dilakukan dengan cara menyatukan metode serta mengintergrasikan simpula dan rekomendasi.
Pada abstrak tersebut yang harus dilakukan adalah mengurangi hal yang kurang begitu diperlukan yaitu latar belakang.Maka tujuan dan metode penelitian diupayakan untuk menjadi suatu kalimat.Makna abstrak dan simpulan,rekomendasi dapat digabung menjadi satu atau dengan cara menahani lingkungan.
Penulisan abstrak biasanya diikuti dengan penulisa kata – kata kunci yang digunakan penyajian makalah.Dari contoh diatas misalnya dapat berupa”pendidikan jarak jauh”tutorial online dan”hasil belajar “pada umumnya makalah tersebut kata kunci biasanya digunakan untuk mempermudah pencarian makalah.














KRITERIA DAN PERSIAPAN PRESENTASI EFEKTIF

Presentasi yang efektif memerlukan perencanaan yang seksama,pengorganisasian materi,ilmiah media yang tepat,serta latihan yang insentif.
Presentasi yang baik harus memenuhi beberapa criteria,sebagai berikut:
1.Akurat
2.Objektif
3.Lengkap
4.Selektif
5.Interpretatif
6.Jelas
Untuk mempersiapkan presentasi dilakukan beberapa langkah:
●Melakukan analisis peserta/pendengar presentasi
Beberapa hal yang diperhatikan tentang calon pendengar presentasi,
– Jenis pekerjaan dan tujuan dari mereka yang mendengarkan presentasi
– Besar kelompok pendengar
– Karakteristik,seperti umur,status social ekonomi dll
– Pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki tentang topic presentasi.
Pendengar biasanya dikelompokkan kedalam 4 kategori yaitu pendengar yang
– Ramah dan terbuka
– Netral
– Tidak berminat
– Penuh kecurigaan
Keberhasilan seseorang pembicara dapat diukur dari kemampuannya untuk menghubungkan pembahasannya dengan minat dan kebutuhan pendengarnya,untuk itu pembicara yang efektif perlu melakukan analisis yang memadai calon pendengarnya.
●Menentukan tujuan presentasi
●Merancang garis besar presentasi
Sistematika penyusunan isi/materi dapat dilakukan berdasarkan:
– T0pik
– Kronologis
– Hubungan sebsb dan akibat/waktu
●Menyusun pendahuluan dan penutup
Setelah menyusun rancangan setematika isi dan informasi pendukungnya dengan baik,maka harus pandai – pandai memikirkan dengan cermat bagian pendahulu dan penutup,karena hal ini sering terlupakan terlihat kurang menarik bagi pendengarnya .

FRAKTUR FEMUR


DEFINISI

Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.

FISIOLOGI / ANATOMI

Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.

KLASIFIKASI

Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :
1. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan Melalui kepala femur (capital fraktur)
ü Hanya di bawah kepala femur
ü Melalui leher dari femur
2. Fraktur Ekstrakapsuler;
ü Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.
ü Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil.

PATOFISIOLOGI

A. Penyebab fraktur adalah trauma
Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu :
ü Osteoporosis Imperfekta
ü Osteoporosis
ü Penyakit metabolik

TRAUMA

Dibagi menjadi dua, yaitu :
ü Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan).
ü Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.

GAMBARAN KLINIS

Bagian paha yang patah lebih pendek dan lebih besar dibanding dengan normal serta fragmen distal dalam posisi eksorotasi dan aduksi karena empat penyebab:
1) Tanpa stabilitas longitudinal femur, otot yang melekat pada fragmen atas dan bawah berkontraksi dan paha memendek, yang menyebabkan bagian paha yang patah membengkak.
2) Aduktor melekat pada fragmen distal dan abduktor pada fragmen atas. Fraktur memisahkan dua kelompok otot tersebut, yang selanjutnya bekerja tanpa ada aksi antagonis.
3) Beban berat kaki memutarkan fragmen distal ke rotasi eksterna.
4) Femur dikelilingi oleh otot yang mengalami laserasi oleh ujung tulang fraktur yang tajam dan paha terisi dengan darah, sehingga terjadi pembengkakan (1,2,3).
Selain itu, adapun tanda dan gejalanya adalah :
ü Nyeri hebat di tempat fraktur
ü Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah
ü Rotasi luar dari kaki lebih pendek
ü Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.

KOMPLIKASI

a) Perdarahan, dapat menimbulkan kolaps kardiovaskuler.
Hal ini dapat dikoreksi dengan transfusi darah yang memadai.
b) Infeksi, terutama jika luka terkontaminasi dan debridemen tidak memadai.
c) Non-union, lazim terjadi pada fraktur pertengahan batang femur, trauma kecepatan tinggi dan fraktur dengan interposisi jaringan lunak di antara fragmen. Fraktur yang tidak menyatu memerlukan bone grafting dan fiksasi interna.
d) Malunion, disebabkan oleh abduktor dan aduktor yang bekerja tanpa aksi antagonis pada fragmen atas untuk abduktor dan fragmen distal untuk aduktor. Deformitas varus diakibatkan oleh kombinasi gaya ini.
e) Trauma arteri dan saraf jarang, tetapi mungkin terjadi (2)

TATALAKSANA

ü X.Ray
ü Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
ü Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
ü CCT kalau banyak kerusakan otot.
Penatalaksanaan fraktur ini mengalami banyak perubahan dalam waktu sepuluh tahun terakhir ini. Traksi dan spica casting atau cast bracing mempunyai banyak kerugian dalam hal memerlukan masa berbaring dan rehabilitasi yang lama, meskipun merupakan penatalaksanaan non-invasif pilihan untuk anak-anak. Oleh karena itu, tindakan ini tidak banyak dilakukan pada
orang dewasa (4).
Bila keadaan penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat diimobilisasi dengan salah satu dan empat cara berikut ini:
1) Traksi.
2) Fiksasi interna.
3) Fiksasi eksterna.
4) Cast bracing

Traksi

Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin
Metode Pemasangan traksi:
Traksi Manual
Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency. Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.
Traksi Mekanik
Ada dua macam, yaitu :
Traksi Kulit
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg. Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips.
Traksi Skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.

KEGUNAAN PEMASANGAN TRAKSI

Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya :
ü Mengurangi nyeri akibat spasme otot
ü Memperbaiki dan mencegah deformitas
ü Immobilisasi
ü Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi).
ü Mengencangkan pada perlekatannya.
Comminuted fracture dan fraktur yang tidak sesuai untuk intramedullary nailing paling baik diatasi dengan manipulasi di bawah anestesi dan balanced sliding skeletal traction yang dipasang melalui tibial pin. Traksi longitudinal yang memadai diperlukan selama 24 jam untuk mengatasi spasme otot dan mencegah pemendekan, dan fragmen harus ditopang di posterior untuk mencegah peleng-kungan.
Enam belas pon biasanya cukup, tetapi penderita yang gemuk memerlukan beban yang lebih besar dari penderita yang kurus membutuhkan beban yang lebih kecil. Lakukan pemeriksaan radiologis setelah 24 jam untuk mengetahui apakah berat beban tepat; bila terdapat overdistraction, berat beban dikurangi, tetapi jika terdapat tumpang tindih, berat ditambah.
Pemeriksaan radiologi selanjutnya perlu dilakukan dua kali seminggu selama dua minggu yang pertama dan setiap minggu sesudahnya untuk memastikan apakah posisi dipertahankan. Jika hal ini tidak dilakukan, fraktur dapat terselip perlahan-lahan dan menyatu dengan posisi yang buruk.

MACAM – MACAM TRAKSI

Traksi Panggul Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat puncak iliaka.
Traksi Ekstension (Buck’s Extention) Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki. Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk mengurangi spasme otot.
Traksi Cervikal Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme. Traksi ini biasa dipasang dengan halter kepala.
Traksi Russell’s Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa digunakan. Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula.
Traksi khusus untuk anak-anak Penderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas splint, sedang tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih, sampai tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih secara aktif.

Fiksasi Interna

Intramedullary nail ideal untuk fraktur transversal, tetapi untuk fraktur lainnya kurang cocok. Fraktur dapat dipertahankan lurus dan terhadap panjangnya dengan nail, tetapi fiksasi mungkin tidak cukup kuat untuk mengontrol rotasi. Nailing diindikasikan jika hasil pemeriksaan radiologi memberi kesan bahwa jaringan lunak mengalami interposisi di antara ujung tulang karena hal ini hampir selalu menyebabkan non-union.
Keuntungan intramedullary nailing adalah dapat memberikan stabilitas longitudinal serta kesejajaran (alignment) serta membuat penderita dápat dimobilisasi cukup cepat untuk meninggalkan rumah sakit dalam waktu 2 minggu setelah fraktur. Kerugian meliput anestesi, trauma bedah tambahan dan risiko infeksi.
Closed nailing memungkinkan mobilisasi yang tercepat dengan trauma yang minimal, tetapi paling sesuai untuk fraktur transversal tanpa pemendekan. Comminuted fracture paling baik dirawat dengan locking nail yang dapat mempertahankan panjang dan rotasi.

Fiksasi Eksterna

Bila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil dan massa kalus terlihat pada pemeriksaan radiologis, yang biasanya pada minggu ke enam, cast brace dapat dipasang. Fraktur dengan intramedullary nail yang tidak memberi fiksasi yang rigid juga cocok untuk tindakan ini (2).
KEPUSTAKAAN
1) Sjamsuhidajat R dan de Jong, Wim (Editor). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.2005
2) Djoko Simbardjo. Fraktur Batang Femur. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bagian Bedah FKUI.
3) Dandy DJ. Essential Orthopaedics and Trauma. Edinburg, London, Melborue, New York: Churchill Livingstone, 1989.
4) Salter/ Textbook of Disorders and injuries of the Musculoskeletal System. 2nd ed. Baltimore/London: Willians & Wilkins, 1983.
5) Rosenthal RE. Fracture and Dislocation of the Lower Extremity. In: Early Care of the Injured Patient, ed IV. Toronto, Philadelphia: B.C. Decker, 1990

Kamis, 25 November 2010

DISPEPSIA

DYSPEPSIA
Ternyata dyspepsia itu adalah penyakit yang menyerang usus dan mengindikasikan abnormalitas dalam sistem pencernaan. Dyspepsia lebih sering dikenal dengan nama indigestion (gangguan pencernaan).
Pada umumnya, dyspepsia merupakan sekumpulan sindrom yang mengindikasikan suatu masalah di kerongkongan, perut, atau usus duabelas jari. Gejala utamanya adalah rasa sakit atau tidak nyaman di perut bagian atas. Tetapi, ada pula gejala-gejala lain yang menyertai gejala utama tersebut, seperti:
  • heartburn (rasa panas seperti terbakar di dada bagian bawah)
  • kembung
  • sendawa
  • cepat merasa kenyang
  • mual atau muntah
Dyspepsia disebabkan oleh beragam hal yang dapat ditelusuri berdasarkan kategorinya.
  1. Non-ulcer dyspepsia adalah dyspepsia yang tidak diketahui penyebabnya karena - bila diendoskopi - bagian kerongkongan, perut, atau duodenum terlihat normal, tidak menunjukkan borok sama sekali. Diperkirakan 6 dari 10 penderita dyspesia tergolong dalam kategori ini.
  2. Duodenal and stomach (gastric) ulcers yakni dyspesia yang disebabkan oleh borok di usus duabelas jari atau lambung. Jenis ini kerap dinamai peptic ulcer.
  3. Duodenitis and gastritis atau radang di usus duabelas jari dan/atau lambung. Radang tersebut bisa saja ringan atau parah, tergantung boroknya.
  4. Acid reflux, oesophagitis and GORD. Acid reflux terjadi ketika zat asam keluar dari lambung dan naik ke kerongkongan. Acid reflux bisa menyebabkan esofagitis (radang kerongkongan) atau gastro-oesophageal reflux disease (GORD - acid reflux, dengan atau tanpa esofagitis).
  5. Hiatus hernia atau lambung bagian atas menekan dada bagian bawah melalui bagian diafragma yang bermasalah. Biasanya hiatus hernia hanya menyebabkan GORD.
  6. Infeksi bakteri H. pylori.
  7. Efek samping obat-obatan tertentu, misalnya obat-obatan anti peradangan atau obat-obatan lain (misalnya antibiotik dan steroid).
Bila Anda merasakan sakit yang tidak biasa di bagian perut Anda, segera temui dokter Anda. Sebaiknya jangan mengonsumsi obat secara sembarangan. Bisa jadi Anda mengalami apa yang dialami oleh seorang teman itu: sindrom dyspepsia.
Untuk mempercepat proses penyembuhan maupun pencegahan, HD Dynamic Trio + Enzymeminerals sangat dianjurkan. Alasannya, produk ini sangat berkhasiat membantu memperbaiki sistem pencernaan, membantu mengatasi masalah pencernaan, membantu mendetoksifikasi sistem pencernaan, membantu meningkatkan penyerapan nutrisi secara efektif, membantu memberikan nutrisi yang penting bagi tubuh, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Dyspepsia atau istilah yang sering dimengerti masyarakat sebagai maag atau penyakit lambung, adalah kumpulan gejala yang dirasakan sebagai nyeri terutama di ulu hati, orang yang terserang penyakit ini biasanya sering mual, muntah, rasa penuh, dan rasa tidak nyaman.
Ada beberapa hal yang berpengaruh terhadap timbulnya dyspepsia ini.
Penyebab dyspepsia atau maag :
1. Pengeluaran asam lambung berlebih
2. Pertahanan dinding lambung yang lemah
3. Infeksi helicobacter pylory (sejenis bacteri yang hidup di dalam lambung, dalam jumlah kecil) ketika asam lambung yang dihasilkan lebih banyak kemudian pertahanan dinding lambung menjadi lemah, bakteri ini bisa bertambah banyak jumlahnya, apalagi disertai kebersihan makanan yang kurang
4. Gangguan gerakan saluran cerna
5. Strees psikologis.
Dyspepsia ada yang sifatnya organik dan fungsional. Namun disarankan semua penderita penyakit ini sebaiknya melakukan pemeriksaan tuntas.
Pemeriksaan yang paling kita pilih untuk melakukan pengecekan adalah dengan endoskopi yaitu memasukkan alat melalui mulut, sehingga bisa melihat kerongkongan, lambung, sampai usus 12 jari secara langsung.
Dyspepsia organik misalnya terjadi pada tukak lambung, tukak usus 12 jari, atau ada tumor, dan polip atau hemangioma. Sedangkan pada penderita dyspepsia fungsional, sebetulnya tidak ada kelainan. Kalaupun ada kelainan hanya gambaran suatu gastrotis/gambaran radang pada mukosa lambung.
Berikut ini adalah gaya hidup yang dianjurkan untuk mengelola dan mencegah timbulnya gangguan pada lambung :
1. Atur pola makan
2. Olah raga teratur
3. Hindari makanan berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi lambung (coklat, keju, dll)
4. Hindari makanan yang menimbulkan gas di lambung (kol, kubis, kentang, melon, semangka, dll)
5. Hindari makanan yang terlalu pedas
6. Hindari minuman dengan kadar caffeine, alkohol, dan kurangi rokok
7. Hindari obat yang mengiritasi dinding lambung
8. Kelola stress psikologi se-efisien mungkin.

Perjalanan Dyspepsia

Dyspepsia adalah penyakit kronis yang biasanya berlangsung tahunan, jika tidak seumur hidup. Ia bagaimanapun menunjukan keperiodean (kecenderungan waktu tertentu), yang berarti bahwa gejala-gejala mungkin lebih sering atau berat/parah berhari-hari, berminggu-minggu, atau berbulan-bulan dan kemudian kurang sering atau berat/parah untuk berhari-hari, berminggu-minggu, atau berbulan-bulan. Sebab-sebab untuk fluktuasi-fluktuasi ini tidak diketahui. Karena fluktuasi-fluktuasi ini, adalah penting untuk menilai efek-efek perawatan melalui waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk memastikan bahwa segala perbaikan disebabkan oleh perawatan dan bukan hanya pada fluktuasi alami dalam frekwensi atau keparahan dari penyakit.

Komplikasi-Komplikasi Dyspepsia

Komplikasi-komplikasi dari penyakit-penyakit fungsional dari saluran pencernaan adalah relatif terbatas. Karena gejala-gejala paling sering dibangkitkan (diprovokasi) oleh makan, pasien-pasien yang merubah diet-diet mereka dan mengurangi pemasukan kalori-kalori mereka mungkin kehilangan berat badan. Bagaimanapun, kehilangan berat badan adalah tidak biasa pada penyakit-penyakit fungsional. Sesungguhnya, kehilangan berat badan harus menyarankan kehadiran dari penyakit-penyakit yang bukan fungsional. Gejala-gejala yang membangunkan pasien-pasien dari tidur juga kemungkinan disebabkan oleh penyakit-penyakit bukan fungsional daripada fungsional.
Paling umum, penyakit-penyakit fungsional mengganggu kesenangan (hidup) dan aktivitas-aktivitas harian pasien. Orang-orang yang mengembangkan mual atau nyeri setelah makan mungkin melewati makan pagi atau makan siang. Pasien-pasien juga umumnya menghubungkan gejala-gejala dengan makanan-makanan spesifik (contohnya, susu, lemak, sayur-sayuran). Apakah hubungan-hubungan adalah nyata atau tidak, pasien-pasien ini akan membatasi diet-diet mereka sesuai dengannya. Susu adalah makanan yang paling umum yang dieliminasi (dihilangkan), seringkali secara tidak perlu, dan ini dapat menjurus pada pemasukkan yang tidak memadai dari kalsium dan osteoporosis. Gangguan pada aktivitas-aktivitas harian juga dapat menjurus pada persoalan-persoalan hubungan-hubungan antar perorangan, terutama dengan pasangan (suami dan istri). Kebanyakan pasien-pasien dengan penyakit fungsional hidup dengan gejala-gejala mereka dan jarang mengunjungi dokter-dokter untuk diagnosis dan perawatan.

Mendiagnosis Dyspepsia

Dyspepsia didiagnosa terutama berdasarkan gejala-gejala khas dan penyampingan (eksklusi) dari penyakit-penyakit pencernaan yang bukan fungsional (termasuk penyakit-penyakit yang berkaitan dengan asam), penyakit-penyakit yang bukan pencernaan, dan penyakit-penyakit jiwa (psikiatris). Ada tes-tes untuk mengidentifikasi fungsi pencernaan yang abnormal secara langsung, namun mereka terbatas dalam kemampuan mereka untuk melakukannya.

Rabu, 24 November 2010

PENGETAHUAN PENDERITA OBESITAS TENTANG PENINGKATAN KOLESTEROL



BAB 1

PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Kolesterol bukan merupakan lemak, melainkan suatu senyawa yang menyerupai lilin. Kolesterol sebenarnya adalah alkohol dalam bentuk murni yang terlihat seperti kepingan  kecil - kecil bewarna seperti mutiara. Kolesterol tersebut tidak dapat larut dalam air (Bangun, 2005, hal 2).
Michel Eugene Chevreul Permulaan 1815, menemukan asam lemak, dan berhasil memisahkan bahan berbentuk kepingan kristal kecil - kecil berwarna putih dari bahan semacam lilin yang tidak dapat dijadikan sabun. Dan pada 1842, ditemukannya suatu zat putih pada empedu manusia dan hewan yang dinamakan cholesterin, yang berasal dari bahasa yunani “chole” yang berarti empedu dan “stereos” yang berarti padat. Setelah 20 tahun kemudian, para peneliti berhasil menemukan kolesterol di dalam jaringan otak, darah, tumor, dan di dalam telur ayam (Bangun, 2005, hal 2).
Kebiasaan makan yag lebih sehat, berolahraga, menurunkan berat badan, menangani stres secara positif, dan berhenti merokok adalah cara tercepat untuk mencegah terjadinya peningkatan kolesterol dan mengembangkan gaya hidup yang sehat (Arora, 2007, Hal 25).
Menurut Word Health Organization (WHO), 2009 saat ini 25% penduduk dunia memiliki kadar kolesterol tinggi, dan menyebabkan 4,4 juta kematian setiap tahunnya (sekitar 7,9% dari total angka kematian Global) (Eni Setiati, 2009, hal 111)
Di Indonesia, angka kejadian hiperkolesterolemia penelitian MONICA I (1988) sebesar 13,4% untuk wanita dan 11,4% untuk pria. Pada MONICA II (1994) didapatkan meningkat menjadi 16,2% untuk wanita dan 14% pria. Prevalensi hiperkolesterolemia masyarakat pedesaan, mencapai 200-248 mg/dl atau mencapai 10,9% dari total populasi pada tahun 2004, penderita pada generasi muda, yakni usia 25-34 tahun, mencapai 9,3%. Wanita menjadi kelompok paling banyak menderita masalah ini, yakni 14,5% atau hampir 2 kali lipat kelompok laki-laki (http://dokter-medis.blogspot.com, 2003).
Kegemukan/obesitas merupakan salah satu faktor risiko penyakit degeneratif. Obesitas adalah salah satu akibat dari kurangnya pengontrolan makan yang berakibat serius bagi kesehatan. Dan ini berkaitan dengan peningkatan kolesterol, peningkatan tekanan darah dan peningkatan kadar gula darah. Ketika seseorang mengosumsi lemak secara berlebihan, lebih banyak potongan Low Densiti lipoprotein (LDL) yang tersangkut disepanjang pembuluh darah, dan jika High Densiti lipoprotein (HDL) tidak cukup untuk melepaskannya akan mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah. (http://www.adln.lib.unair.ac.id, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian tentang peningkatan kolesterol yang dilakukan Universitas Airlangga pada tahun 2005, di berbagai suku yang mewakili setiap masing-masing daerah menunjukan bahwa berdasarkan umur, 34,4% responden berusia 50 - 55 tahun, 27,7% berusia 45 - 49 tahun, 27,0% berusia 40 - 44 tahun, dan sisanya 11,8 % berusia 35 - 39 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, dari responden sebesar 96,9% responden adalah laki - laki dan 3,1% perempuan. Sebesar 40,8% responden adalah suku Jawa, 9,8% responden sebagai suku Batak, 8,3% responden suku Palembang, 7,3% responden suku Sunda, 6,4% responden suku Manado, dan masing-masing 5,9% responden suku Bugis/Banjar sebesar 16,4% responden suku Madura, Dayak, Ambon, Aceh, Timor, Kutai, Sulteng, Sangir, dan Sulsel. Dari 422 responden sebesar 545 responden lulus SMU, 36,7% lulus Akademi/PT, 4% responden lulus SMP, 5% lulus pasca sarjana. Sebesar 21,8% responden bekerja di departemen operation, 17,1% di departemen maintenance, 10,9% di departemen services (http://www.adln.lib.unair.ac.id, 2008).
Data yang diperoleh dari Rekam Medik Rumah Sakit Haji Medan pada tanggal 01 Desember 2009 pukul 11.00 wib dari tahun 2007 – 2008 didapatkan 160 orang penderita obesitas yang mengalami peningkatan kolesterol. Dan berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 02 Desember 2009 pukul 12.30 Wib melalui wawancara terhadap 10 orang penderita obesitas yang datang berobat ke poli penyakit dalam Rumah Sakit Haji Medan terdapat 4 orang yang mengetahui penyebab terjadnya peningkatan kolesterol, sedangkan 6 orang lagi kurang mengetahui penyebab terjadinya peningkatan kolesterol
      Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian terhadap bagaimana Pengetahuan Penderita Obesitas Tentang Peningkatan Kolesterol  di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2010.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana Pengetahuan Penderita Obesitas Tentang Peningkatan Kolesterol di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2010”.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan penderita obesitas tentang peningkatan kolesterol.
1.3.2.   Tujuan Khusus
  1. Untuk mengetahui pengetahuan penderita obesitas tentang penyebab peningkatan kolesterol.
  2. Untuk mengetahui pengetahuan penderita obesitas tentang pencegahan peningkatan kolesterol.
1.4. Manfaat Penelitian
a.                                     Bagi tempat penelitian
Bermanfaat bagi perawat dalam mengaplikasikan terhadap masalah obesitas tentang peningkatan kolesterol.
b.      Bagi peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta menerapkan ilmu yang didapat selama pendidikan khususnya dalam pengetahuan penderita obesitas tentang peningkatan kolesterol.
c.   Bagi responden
sebagai bahan masukan bagi responden mengenai pengetahuan penderita obesitas tentang peningkatan kolesterol.



d.   Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai masukan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang dapat di evaluasi dan di perbaiki bila mana terdapat kelemahan pada Karya Tulis Ilmiah ini.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1   Pengetahuan
2.1.1        Defenisi
            Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan terjadi melalui panca indera, penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.           
(Notoatmodjo, 2003, hal 128).
            Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar  menjawab pertanyaan “what” misalnya apa air, apa manusia, dan sebagainya.
(Notoatmodjo, 2005, hal 3).
2.1.2.      Proses Terbentuknya pengetahuan
A.  Cara tradisional
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik atau logis. Cara-cara penemuan pengetahuan dapat dikatagorikan atas:
1.      Cara coba salah (trial and error)
            Cara paling tradisonal, yang pernah digunakan oleh menusia didalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba salah atau kata yang lebih dikenal “trial and error” cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban.
2.      Cara kekuasaan (otoritas)
            Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimin- pemimpin masyarakat baik normal maupun non formal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan lain-lain.
3.      Berdasarkan Pengalaman Pribadi
            Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah ini  mengandung maksud bahwa pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran untuk pengetahuan.
4.      Melalui jalan pikir
            Selain dengan perkembangan kebudayaan, cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalaran.  (Notoatmodjo, 2005, hal:11).
B.  Cara Modern dalam memperoleh Pengetahuan
            Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian (Research Methodology) (Notoatmojdo, 2005, hal 18).
2.1.3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1.      Umur
      Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kamatian didalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah melihat pola kesakitan dan kematian menurut golongan umur. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur yang dilaporkan tepat, apakah panjang interval didalam pengelompokan cukup untuk tidak menyembunyikan peran umur dalam pola kesakitan atau kematian atau  apakah pengelompokkan umur yang tepat pada masyarakat pedesaan yang banyak masih buta huruf hendaknya memanfaatkan sumber informasi seperti catatan petugas agama, guru dan sebagainya. Dalam hal ini tentunya tidak menjadi soal yang berat dikala mengumpulkan keterangan umur bagi mereka yang telah bersekolah (Notoatmodjo, 2005, hal:15).
2.      Pendidikan
      Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.
3.      Pekerjaan
      Pekerjaan adalah merupakan kegiatan atau aktifitas seseorang untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.
4.      Sumber informasi
      Informasi adalah data yang diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi sipenerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu atau keputusan mendatang ( Notoatmodjo, 2003, hal:15).
2.1.      Obesitas
2.2.1.      Defenisi
            Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Sutanto, 2008,hal 207).
            Obesitas adalah peningkatan kadar lemak darah, osteoarthritis (radang sendi, biasanya sendi lutut), kemandulan dan sebagainya.
2.2.2.   Faktor-faktor penyebab obesitas:
      1.   Faktor genetik
           Obesitas cenderung di turunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik.
      2.  Faktor lingkungan
            Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi                                                                seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti.
      3.   Faktor psikis
Apa yang ada didalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya.
      4.   Faktor kesehatan
            Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas.
      5.   Faktor perkembangan
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh.
      6.   Aktivitas fisik
     Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama
   dari meningkatnya angka kejadian obesitas ditengah masyarakat yang makmur.



2.2.3. Tabel Klasifikasi Obesitas
INDEKS MASA TUBUH
KATEGORI
< 18,5
Berat badan kurang
18,5 – 24,9
Berat badan normal
25 – 29,9
Berat badan lebih
30 – 34,9
Obesitas I
35 – 39,9
Obesitas II
> 39,9
Sangat Obesitas

Indeks Masa Tubuh =                 (Arumdati, 2009, hal 101).
2.3.   Kolesterol
2.3.1.   Defenisi
            Kolesterol adalah molekul yang ditemukan dalam sel, merupakan sejenis lipid yang merupakan molekul lemak atau yang menyerupainya (Eni Setiati, 2009 hal 21).
            Kolesterol adalah lemak berwarna kekuningan dan berupa seperti lilin yang diperoduksi oleh tubuh kita, terutama didalam lever (hati) (Anton Adiwiyoto, 2007, hal 7).
            Kolesterol adalah suatu bahan berlemak yang terjadi secara alamiah di dalam tubuh manusia (Bangun, 2005, hal 5).
2.3.2.   Faktor-faktor penyebab meningkatnya kolesterol.
1.      Faktor keturunan.
2.      Kelebihan berat badan.
3.      Kurangnya aktifitas fisik dan olahraga.
4.       Kebiasaan merokok.
5.      Kebiasaan stres
2.3.3.   Pencegahan kolesterol tinggi.
  1. Pencegahan kolesterol tinggi yang dapat anda lakukan dengan cara yang paling murah dan efektif adalah:
1.Menghindari makanan lemak tinggi.
2.Menjaga berat badan ideal.
3.Berolah raga secara teratur.
4.      Tidak merokok.
5.Rajin mengecek kesehatan secara rutin.
  1. Untuk anda yang memiliki kadar kolesterol tinggi, harus melakukan:
1.Diet khusus rendah lemak.
2.Mengkonsumsi obat penurun kolesterol.
3.      Merubah gaya hidup sehat, seperti mengkonsumsi makanan berserat tinggi, sayur, buah-buahan, ikan, dan kedelai (Eni Setiati, 2009, hal 121)
2.3.4. Daftar tabel  makanan berkolesterol / lemak jenuh tinggi.

Kolesterol
Lemak jenuh
Otak Babi
Otak Sapi
Ginjal Sapi
Jeroan (Hati)
Kuning Telur
Putih Telur
Udang
Daging Merah
Daging Ayam
Ikan
Susu
Yoghurt
Minyak Kelapa
Minyak kedelai
Minyak Jagung
Minyak Babi
Kacang Tanah
Kacang Kedelai
Kentang Goreng
Donat
2.500
2.100
690
375
275
0
130
70
60
45
33
14
0
0
0
95
0
0
20
36
2,0
1,8
3,8
2,5
1,7
0
0,2
3,6-11,7
0,9
0,1
5,1
2,3
80,2
12,8
9,4
28,4
9,4
2,0
6,0
4,0
(Handrawan Nadesul, 2009, hal 14)
2.3.5.   Kolesterol dibedakan menjadi dua, antara lain:
1.   Low Densiti lipoprotein (LDL)
      LDL sering disebut kolesterol jahat berbentuk lemak mirip lilin.
2.      High  Densiti lipoprotein (HDL)
      HDL kerap disebut sebagai lemak yang baik, karena dalam operasinya ia    membersihkan kolesterol dari dinding pembuluh darah dengan mengangkutnya kembali kehati (Eni Setiati, 2009, hal 19).
2.3.6.   Hubungan Obesitas dengan Kolesterol
            Orang yang obesitas lebih beresiko peningkatan kolesterol karena asupan makanan dan lemaknya lebih banyak. Makanan dan lemak tersebut akan ditelan dan masuk kedalam lambung, kemudian ke usus halus untuk dicerna dan diserap. Setelah itu, sari – sari makanan dikirim ke hati untuk diproses dan dikirimkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Hati memuat lemak pada LDL. LDL ini kemudian berjalan melalui pembuluh darah dan beberapa potongan LDL dapat tersangkut disepanjang pembuluh darah, dan dengan demikian akan mempersempit pembuluh darah tersebut. Adapun  peran HDL adalah melepaskan potongan LDL yang tersangkut di dinding pembuluh – pembuluh darah dan mengirimkannya kembali ke hati, setelah itu sisanya dihancurkan dan dibuang (Arora, 2007, hal 14).


2.3.7. Klasifikasi kadar lemak darah
Jenis lemak

Kadar dalam darah
(mg/dl)
Keterangan

Kolesterol total

< 200
200 – 239
> 240
Yang diinginkan
Batas tinggi
Tinggi


Kolesterol LDL
< 100
100 – 129
130 – 159
160 – 180
> 190
Optimal (Tarnet ideal)
Mendekati optimal
Batas tinggi
Tinggi
Sangat tinggi
Kolesterol HDL
< 40
> 60
Rendah
Tinggi (target ideal)

Trigliserid

< 150
150 – 199
200 – 499
> 500
Normal
Batas tinggi
Tinggi
Sangat tinggi
(Suharjo, 2008, hal, 55)
2.4.      Kerangka Kerja Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat kerangka kerja penelitian mengenai pengetahuan penderita obesitas tentang peningkatan kolesterol di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2010 sebagai berikut:           

Pengetahuan tentang:
  1. Penyebab peningkatan kolesterol
  2. Pencegahan peningkatan kolesterol


 
Baik
Sedang
Buruk


Penderita obesitas

   














Berdasarkan kerangka kerja diatas dapat terlihat bahwa objek yang diteliti adalah pengetahuan penderita obesitas tentang peningkatan kolesterol dengan keriteria hasil baik, cukup dan kurang.

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian
            Desain yang di gunakan peneliti pada saat penelitian adalah deskriptif, yaitu untuk mengetahui pengetahuan penderita obesitas tentang peningkatan kolesterol di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Haji Medan .
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1.   Lokasi Penelitian
            Penelitian dilakukan di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Haji Medan, mengingat Poli Penyakit Dalam belum pernah dilaksanakan penelitian dengan judul tersebut dan jumlah populasi dan sampel memenuhi untuk serta terjangkau oleh peneliti dalam melakukan penelitian.
3.2.2.      Waktu Penelitian  
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 14 s/d 18 Juni 2010.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1.      Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006, hal 130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita obesitas yang datang berobat ke Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Haji Medan.



3.3.2.      Sampel
Sampel pada penelitian ini dengan menggunakan tehnik Accidental Sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan sesaat, sehingga sampel yang diperoleh adalah sampel yang ada / tersedia pada waktu itu (Salamah Umi, Suyanto, 2008 hal 43). Sampel penelitian ini adalah seluruh penderita obesitas yang datang berobat ke Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Haji Medan sebanyak 32 responden.
3.4. Defenisi Operasional
1.      Penderita obesitas adalah orang yang mengalami kelebihan berat badan akibat penumpukan lemak dalam tubuhnya, yang datang berobat ke Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Haji Medan dengan IMT >30
2.      Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui oleh seorang penderita obesitas tentang pemahamannya terhadap peningkatan kolesterol.
3.      Peningkatan kolesterol adalah seorang penderita obesitas yang mengalami penumpukan lipid di dalam darahnya karena terlalu banyak makan – makanan yang berlemak.
4.      Penyebab peningkatan kolesterol adalah pengetahuan seorang penderita obesitas yang dapat mengakibatkan  terjadinya penumpukan lipid di dalam darah.
5.      Pencegahan peningkatan kolesterol adalah hal – hal yang dilakukan seorang penderita obesitas untuk menghindari penumpukan lipid di dalam darah.
3.5. Etika Penelitian
            Dalam melakukan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan kepada direktur Rumah Sakit Haji Medan untuk melakukan studi pendahuluan dan mendapatkan data untuk menyusun karya tulis ilmiah. Kemudian dengan adanya surat pengantar dari instansi pendidikan peneliti kembali ke Rumah Sakit dan membagikan kuesioner kepada responden yang akan diteliti dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi:
a.       Lembar Persetujuan (Informed Concent)
Lembar persetujuan diberikan kepada subjek yang akan diteliti. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi sebelum dan sesudah peneliti. Jika bersedia dijadikan responden, maka mereka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan tersebut. Jika mereka menolak untuk dijadikan responden, maka peneliti tidak akan memaksa dan akan tetap menghormati hak-haknya.
b.      Tanpa Nama (Anomity)
Untuk menjaga kerahasiaan responden peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data tetapi cukup dengan memberi nomor kode pada masing-masing lembar tersebut.
c.       Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden akan dijamin oleh peneliti, hanya sekelompok data tertentu yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian
3.6. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang disusun dan dimodifikasi oleh peneliti dengan mengacu kepada kerangka kerja dan tinjauan pustaka yang meliputi: Penyebab peningkatan kolesterol, dan pencegahan peningkatan kolesterol.

3.7. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan berupa jawaban dari setiap pernyataan kuesioner akan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.   Editing
Dilakukan pengecekan data yang telah terkumpul, bila terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam pengumpulan data diperbaiki dan dilakukan pendataan ulang oleh responden.
2.      Coding
Data yang telah diediti dirubah ke dalam bentuk angka (kode) nama     responden dirubah menjadi nomor responden 01,02,…………10
3.      Tabulating
Untuk mempermudah pengolahan data, data dimasukkan kedalam bentuk distribusi frekuensi.
4.      Scoring
Memberikan skor tehadap jawaban-jawaban responden, pada kuesioner “Pengetahuan Penderita Obesitas Tentang Peningkatan Kolesterol di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2010”
Penentuan skoring dengan cara:
a.                               Untuk pertanyaan bila jawaban benar diberi nilai 2.  
b.                              Untuk pertanyaan bila jawaban salah diberi nilai 1.


 
Untuk menggunakan rentang interval digunakan rumus:
R=Xmax - Xmin
P=
Keterangan:
R= Rentang
            Untuk pertanyaan:
Xmax = Jumlah skor untuk jawaban benar : 2 dikali jumlah soal
Xmin = Jumlah skor untuk jawaban salah  :  1 dikali jumlah soal
     P = Interval
            Berdasarkan rumus tersebut dapat diketahui:
Xmax = 2 x 20 = 40
Xmin  = 1 x 20 = 20
     R = 40 – 20 = 20
      P =
      = 6,67
= 7
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan.
a.       Baik apabila mendapat skor 34 - 40
b.      Sedang apabila mendapat skor 27 - 33
c.       Buruk apabila mendapat skor 20 – 26

Sedangkan untuk penskoringan untuk tiap aspek penyebab, pencegahan peningkatan kolesterol dengan jumlah soal masing – masing sebanyak  10 soal:
Xmax = 2 x 10 = 20
Xmin = 1 x 10 = 10
      R = 20 – 10 = 10
      P =
= 3,33
= 3
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan :
a.       Baik apabila mendapat skor 16- 20
b.      Sedang apabila mendapat skor 13 - 15
c.       Buruk apabila mendapat skor 10 - 12
5.      Analisa
Analisa dilakukan secara deskriftif dengan melihat persentase data yang telah terkumpul dalam tabel distribusi. Analisa data dilakukan dengan membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori kepustakaan yang ada.
3.8  Penyajian data
Hasil pengolahan data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.      Hasil Penelitian
            Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 14 Juni s/d 18 Juni 2010, terhadap Pengetahuan Penderita Obesitas Tentang Peningkatan Kolesterol yang datang berobat  ke Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2010 dengan jumlah responden sebanyak 32 orang dan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Data Demografi Pengetahuan Penderita Obesitas Tentang Peningkatan Kolesterol Di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Haji Medan
Tahun 2010
No
Data Demografi
Data
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
Umur
30-39
7
21.87%
40-49
10
31.25%
>50
15
46.87%
Total
32
100%
2
Pendidikan
SD
2
6,25%
SMP
6
18,75%
SMA
16
50%
SARJANA
8
25%
Total
32
100%
3
Pekerjaan
PNS
5
15,62%
Wiraswasta
15
46,87%
IRT
12
37,5%
Total
32
100%
4
Sumber Infomasi
Televisi
21
65,62%
Buku
6
18,75%
Koran
5
15,62%
Total
32
100%
7
Indeks Massa Tubuh
30-34,9
28
87,5%
35-39,9
2
6,25%
>39,9
2
6.25%
Total
32
100%
           
            Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden mempunyai umur > 50 tahun dengan persentase 46.87% (15 orang), dengan pendidikan SMA sebanyak 16 orang (50%), pekerjaan responden mayoritas Wiraswasta sebanyak 15 orang (46.87%), informasi yang didapatkan dari Televisi sebanyak 21 orang (65.62%), dan IMT 30-34,9 sebanyak 28 orang (87,5%).
Tabel 2
Distribusi Pengetahua Penderita Obesitas Tentang Penyebab Peningkatan Kolesterol Di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Haji Medan
Tahun 2010
No
Pengetahuan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
Baik
14
43.75%
2
Sedang
18
56.25%
3
Buruk
0
0%
Total
32
100%

Bedasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden mempunyai pengetahuan dengan kategori sedang dengan persentase 56,25% (18 orang).





Tabel 3
Distribusi Pengetahuan Penderita Obesitas Tentang Pencegahan Peningkatan Kolesterol Di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Haji Medan
Tahun 2010
No
Pengetahuan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
Baik
29
90.62%
2
Sedang
3
9.37%
3
Buruk
0
0%
Total
32
100%

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden mempunyai pengetahuan baik dengan persentase 90,62% (29 orang).
Tabel 4
Distribusi Pengetahuan Penderita Obesitas Tentang Peningkatan Kolesterol Di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Haji Medan
Tahun 2010
No
Pengetahuan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
Baik
14
43.75%
2
Sedang
18
56.25%
3
Buruk
0
0%
Total
32
100%

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden mempunyai pengetahuan sedang tentang peningkatan kolesterol dengan persentase 56,25% (18 orang).
4.2.      Pembahasan
4.2.1.   Pengetahuan Penderita Obesitas Tentang Penyebab Peningkatan Kolesterol Di       Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2010
Hasil penelitian tentang penyebab peningkatan kolesterol sebanyak 32 responden, mayoritas responden mempunyai pengetahuan sedang sebanyak 18 orang (56,25%), dan dapat dilihat dari hasil kuisioner bahwa mayoritas responden hanya  mengetahui tentang penyebab peningkatan kolesterol, mayoritas responden hanya mengetahui beberapa penyebab peningkatan kolesterol diantaranya faktor obesitas dan kurangnya olahraga. Sedangkan menurut Eni Setiati (2009), bahwa faktor keturunan dapat menyebabkan peningkatan kolesterol. Seperti yang diketahui 80% dari kolesterol di dalam darah diproduksi oleh tubuh sendiri, dan 20% lagi didapatkan dari makanan. Akan tetapi ada sebagian orang yang memproduksi kolesterol lebih banyak dari pada yang lain, hal ini disebabkan karena faktor keturunan. Pada orang yang memiliki faktor keturunan, meskipun hanya sedikit saja mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol atau lemak jenuh tetapi tubuhnya tetap saja memproduksi kolesterol lebih banyak. Merokok juga dapat meningkatkan kolesterol, hal ini disebabkan merokok dapat menurunkan kolesterol HDL dalam darah dan mengurangi kemampuan HDL untuk mengangkut LDL yang menempel di dinding pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan pada pembuluh darah menurut Adiwiyanto (2007).
Sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2003) faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan itu diantaranya adalah umur, pendidikan, pekerjaan dan sumber informasi.
Dilihat dari pendidikan responden mayoritas tingkat SMA sebanyak 16 orang (50%), dengan pendidikann SMA membuat responden mempunyai pengetahuan dalam kategori sedang tentang penyebab peningkatan kolesterol. Tingkat SMA belum cukup membuat responden mempunyai pengetahuan dalam kategori baik, diperlukan jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi sesuai dengan pernyataan Mubarak (2009) Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah mereka menerima informasi. Pada akhirnya, semakin banyak  pengetahuan yang dimilikinya.
4.2.2.   Pengetahuan Penderita Obesitas Tentang Pencegahan Peningkatan Kolesterol        Di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2010.
Hasil penelitian tentang pencegahan peningkatan kolesterol sebanyak 32 responden, mayoritas responden mempunyai pengetahuan baik sebanyak 29 orang (90.62%), ini dikarenakan responden mengetahui cara mencegah kolesterol yaitu merubah gaya hidup dengan rutin berolahraga dan mengendalikan berat badan. Setiati (2009) mengatakan kurang olahraga merupakan faktor resiko tingginya kadar kolesterol dalam darah. Tingginya kadar kolesterol secara perlahan namun pasti menumpuk dalam pembuluh darah yang pada akhirnya menyebabkan timbulnya beberapa penyakit. Olahraga sebaiknya dilakukan setidaknya 30 menit sehari, 3 kali seminggu dan mencoba melakukan aktivitas seperti berjalan.
  Menurut Notoatmodjo (2005), pengalaman adalah salah satu terbentuknya proses pengetahuan, dan pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah ini  mengandung maksud bahwa pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran untuk pengetahuan. Dilihat dari pengalaman responden yang mayoritas obesitas dengan IMT 30-34,9 sebanyak 28 orang (87,5%), dapat mempengaruhi pengetahuannya. Selain dari pengalaman pengetahuan juga dapat diperoleh dari umur, pendidikan, pekerjaan dan sumber informasi. Dengan mayoritas responden mempunyai umur >50 sebanyak 15 orang (46,87%). Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003), semakin bertambah umur seseorang, maka semakin bertambah pengetahuan yang di miliki seseorang. 
Sumber informasi yaitu berasal dari televisi mayoritas responden sebanyak 21 orang (65,62%), menurut WHO (2006) media yang meliputi radio, televisi, surat kabar, majalah dan jenis barang cetakan lainnya merupakan sumber utama informasi tentang masalah yang menjadi topik berita dan memberikan pengaruh  yang luar biasa dalam membentuk opini masyarakat. Media massa juga dapat memainkan peranan yang penting dalam menggugah kesadaran masyarakat tentang masalah peningkatan kolesterol.
4.2.3. Pengetahuan Penderita Obesitas Tentang Peningkatan Kolesterol Di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2010.
Berdasarkan hasil penelitian Pengetahuan Penderita Obesitas Tentang Peningkatan Kolesterol Di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2010, mayoritas responden berpengetahuan sedang sebanyak 18 orang (56,25%).          Menurut Mubarak (2006), pengetahuan merupakan kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil dari penggunaan panca indera yang menghasilkan pengetahuan, keterampilan dan langkah berfikir secara ilmiah. Notoatmodjo (2003), mengatakan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan itu diantaranya adalah umur, pendidikan, pekerjaan dan sumber informasi.
         Setelah dilakukan penelitian tentang Peningkatan Kolesterol Di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2010, didapatkan hasil mayoritas umur responden adalah >50 tahun yaitu sebanyak 15 orang (46,87%). Menurut Notoatmodjo (2003), semakin bertambah umur seseorang, maka semakin bertambah pengetahuan yang dimiliki seseorang. Tetapi setelah dilakukan penelitian, hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan yang diharapkan peneliti, dimana mayoritas pengetahuan responden adalah sedang sebanyak 18 orang (56,25%).
Mayoritas pendidikan responden adalah SMA sebanyak 16 orang (50%) membuat responden mempunyai pengetahuan dalam kategori sedang tentang peningkatan kolesterol. Tingkat SMA belum cukup membuat responden mempunyai pengetahuan dalam kategori baik, diperlukan jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi. Sesuai dengan pernyataan Mubarak (2009) Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah mereka menerima informasi. Pada akhirnya, semakin banyak  pengetahuan yang dimilikinya.
         Selain itu ada juga yang mempengaruhi pengetahuan yaitu pekerjaan. Mayoritas pekerjaan yang dimiliki responden adalah Wiraswasta sebanyak 15 orang (46,87%). Dari hasil yang didapat, pengetahuan responden tentang peningkatan kolesterol masih dalam kategori sedang. Dimana menurut Mubarak (2009) lingkungan pekerjaan dapat menjadi seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan pekerjaan sebagai Wiraswasta tidak cukup untuk mempunyai pengetahuan yang baik tentang peningkatan kolesterol. Sebab dengan pekerjaan wiraswasta pengetahuan responden masih dalam kategori sedang.
Sumber informasi yaitu berasal dari televisi mayoritas responden sebanyak 21 orang (65,62%), menurut WHO (2006) media yang meliputi radio, televisi, surat kabar, majalah dan jenis barang cetakan lainnya merupakan sumber utama informasi tentang masalah yang menjadi topik berita dan memberikan pengaruh  yang luar biasa dalam membentuk opini masyarakat. Media massa juga dapat memainkan peranan yang penting dalam menggugah kesadaran masyarakat tentang masalah peningkatan kolesterol.
Menurut Notoatmodjo (2005), pengalaman adalah salah satu terbentuknya proses pengetahuan, dan pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah ini  mengandung maksud bahwa pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran untuk pengetahuan. Dilihat dari pengalaman responden yang mayoritas obesitas dengan IMT 30-34,9 sebanyak 28 orang (87,5%), dapat mempengaruhi pengetahuan responden.

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.      Kesimpulan
            Setelah dilakukan penelitian ini pada tanggal 14 Juni sampai dengan 18 Juni 2010 tentang Pengetahuan Penderita Obesitas Tentang Peningkatan Kolesterol Di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2010 terhadap 32 orang responden dengan menggunakan kuesioner yang berisi sebanyak 20 pertanyaan mengenai pengetahuan yang terdiri dari 10 pertanyaan tiap aspek pengetahuan yaitu tentang penyebab peningkatan kolesterol dan pencegahan peningkatan kolesterol.
            Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1.         Dilihat dari data demografi mayoritas responden memiliki umur >50 sebanyak 15 oran g (46,87%), pendidikan responden mayoritas tingkat SMA sebanyak 16 oran g (50%), pekerjaan responden mayoritas wiraswasta sebanyak 15 oran g (46,87%), sumber informasi yang didapatkan mayoritas responden dari televise sebanyak 21 orang (65,62%) dan mayoritas responden memiliki  IMT >30-34,9 sebanyak 28 orang (87,5%). 
2.         Dilihat dari pengetahuan responden tentang penyebab peningkatan kolesterol  mayoritas pengetahuan responden dalam kategori sedang sebanyak 18 orang (56,25%).
3.         Dilihat dari pengetahuan responden tentang pencegahan peningkatan kolesterol  mayoritas pengetahuan responden dalam kategori baik sebanyak 29 orang (90,62%).
4.         Hasil penelitian terhadap pengetahuan penderita obesitas tentang peningkatan kolesterol sebanyak 32 responden mayoritas responden memiliki pengetahuan dalam kategori sedang sebanyak 18 orang (56,25%).
5.2.      Saran
1.         Tempat penelitian
Diharapkan kepada tenaga kesehatan di Rumah Sakit Haji Medan agar  dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dengan cara memberikan informasi dan penyuluhan untuk menambah pengetahuan pasien khususnya tentang peningkatan kolesterol.
2.         Institusi
Diharapkan bagi institusi Program Studi D-III Keperawatan STIKes R.S Haji Medan agar lebih melengkapi sarana dan prasarana yang telah ada agar dapat  memperlancar proses belajar mengajar seperti menambahkan referensi di perpustakaan khususnya tentang peningkatan kolesterol agar dapat menambah wawasan bagi mahasiswa dan mahasiswi.
3.            Peneliti Selanjutnya
Diharapkan pada peneliti selanjutnya agar dapat melanjutkan penelitian ini dengan judul yang lebih sepesifik seperti faktor – faktor yang mempengaruhi dan penatalaksanaan tentang peningkatan kolesterol terhadap penderita obesitas.




DAFTAR PUSTAKA


Adiwiyoto Anton. (2007). Kolesterol Bekasi Timur. Kesaint Blanc.
Arumdati Sekar. (2009). Cara Pintar Mengelola Kolesterol. Yogyakarta. Parasmu.
Arora Anjali. (2007). Kontrol Kolesterol. Jakarta. PT Bhuana Ilmu Populer.
Bangun. (2005). Terapi Jus Dan Ramuan Tradisional Untuk Kolesterol. Jakarta. Agromedia.

Cahyono, Suharjo. (2008). Gaya Hidup Dan Penyakit Modren. Yogyakarta. Kanisius.
Fifinella Vella. (2009). Awas bahaya laten kolesterol. In Azna Books.
Gunanti, Retno Inong. (2008).Hubungan Antara Asupan Gizi Obesitas Dan Sindroma Metabolik. http://www.adln.lib.unair.ac.id. Diambil pada tanggal 06 Nopember 2009. Pukul 17.00 Wib.

Julianty Pradono. (2003). Prevalensi Penyakit Tidak Menular di Indonesia. http://dokter-medis.blogspot.com. Diambil pada tanggal 09 Nopember 2009. Pukul 15.30 Wib.

Mubarak, Wahit Iqbal. (2006). Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta. Asli Mahasatya.

Mubarak, Wahit Iqbal. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar Dan Teori. Jakarta. Salemba Medika.

Nadesul Handrawan.(2009). Resep Mudah Tetap Sehat. Jakarta. Kompas.

Notoatmodjo Soekidjo.(2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo Soekidjo. (2005). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Salamah Umi, Suyanto. (2008). Riset Kebidanan. Jogjakarta. Mitra Cendikia Offset.
Setiati Eni.(2009). Bahaya Kolesterol. Jogjakarta. Dokter Books.
Sutanto. (2008). Tips Hidup Sehat 100 Tahun. Yogyakarta. CV Mitra Setia.